Harga Batu Bara Acuan RI Turun Jadi US$103,75/Ton

Senin, 03 November 2025 | 14:15:27 WIB
Harga Batu Bara Acuan RI Turun Jadi US$103,75/Ton

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) terbaru untuk periode pertama November 2025. 

Dalam keputusan resmi yang tertuang pada Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 348.K/MB.01/MEM.B/2025, nilai HBA mengalami perubahan dari periode sebelumnya, dengan sebagian kategori mencatat penurunan harga.

HBA digunakan sebagai dasar perhitungan Harga Patokan Batu Bara (HPB) yang menjadi acuan dalam transaksi penjualan batu bara, baik di pasar domestik maupun ekspor. Penetapan harga ini mencerminkan kondisi pasar global serta dinamika permintaan dan penawaran energi dunia.

Dalam beleid tersebut, pemerintah menetapkan HBA utama sebesar US$ 103,75 per ton, yang berlaku untuk batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal/kg GAR, total moisture 12,26%, total sulphur 0,66%, dan ash 7,94%. Angka ini mengalami penurunan dari HBA September 2025 yang sebelumnya ditetapkan sebesar US$ 105,33 per ton.

Empat Kategori HBA: Sebagian Naik, Sebagian Turun

Keputusan Kementerian ESDM ini memuat empat kategori HBA berdasarkan kualitas dan spesifikasi teknis batu bara yang beredar di pasar.

Pertama, HBA utama (6.322 kcal/kg GAR) turun menjadi US$ 103,75 per ton, mengikuti tren pelemahan harga batu bara di pasar internasional akibat turunnya permintaan dari beberapa negara importir utama seperti Tiongkok dan India.

Kedua, HBA I untuk batu bara dengan nilai kalor 5.300 kcal/kg GAR, total moisture 21,32%, sulphur 0,75%, dan ash 6,04%, justru mengalami kenaikan menjadi US$ 67,22 per ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang dipatok US$ 66,50 per ton.

Ketiga, HBA II yang memiliki nilai kalor 4.100 kcal/kg GAR, total moisture 35,73%, sulphur 0,23%, dan ash 3,90%, juga mengalami kenaikan harga menjadi US$ 44,02 per ton dari sebelumnya US$ 42,30 per ton.

Keempat, HBA III dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal/kg GAR, total moisture 44,30%, sulphur 0,24%, dan ash 3,88%, naik menjadi US$ 33,74 per ton, dibandingkan bulan lalu sebesar US$ 32,32 per ton.

Perubahan harga tersebut menunjukkan bahwa meski harga batu bara dengan kualitas tinggi mengalami penurunan, jenis batu bara dengan kualitas menengah hingga rendah justru mengalami sedikit penguatan.

Fluktuasi Harga Batu Bara dan Pengaruh Global

Pergerakan harga batu bara global dalam beberapa bulan terakhir masih dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi dunia serta kebijakan energi bersih di berbagai negara. Permintaan batu bara dari kawasan Asia mulai melambat, sementara pasokan dari produsen besar seperti Indonesia, Australia, dan Rusia tetap stabil.

Selain itu, faktor musiman seperti berakhirnya musim panas di belahan utara dan menurunnya konsumsi listrik industri turut menekan harga batu bara kalori tinggi. Sebaliknya, permintaan batu bara kalori rendah masih terjaga di beberapa negara berkembang karena dianggap lebih murah untuk kebutuhan pembangkit listrik berskala besar.

Penurunan harga HBA utama ini sejalan dengan tren pasar internasional yang menunjukkan pergeseran konsumsi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan, seperti gas alam dan energi terbarukan. 

Meski demikian, batu bara masih menjadi salah satu komoditas utama penyumbang pendapatan negara, terutama melalui ekspor ke Asia Timur dan Asia Selatan.

Peran HBA dalam Industri Batu Bara Nasional

Harga Batu Bara Acuan (HBA) memiliki peran penting dalam menentukan nilai jual batu bara produksi dalam negeri. Selain menjadi acuan kontrak ekspor, HBA juga digunakan untuk menghitung pajak, royalti, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sektor pertambangan.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM secara rutin memperbarui HBA setiap bulan berdasarkan rata-rata harga transaksi dari empat indeks global, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts. 

Dengan mekanisme ini, harga acuan yang ditetapkan diharapkan dapat mencerminkan kondisi pasar secara realistis dan transparan.

Selain itu, penetapan HBA juga menjadi instrumen kebijakan energi nasional untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan industri dalam negeri dan penerimaan negara. Dalam konteks ini, pemerintah terus berupaya menyesuaikan kebijakan agar sektor batu bara tetap kompetitif di tengah tekanan global menuju transisi energi bersih.

Kesimpulan: Tren Batu Bara Bergerak Dinamis di Akhir 2025

Penurunan HBA utama menjadi US$ 103,75 per ton pada November 2025 menandakan bahwa industri batu bara Indonesia masih menghadapi dinamika harga yang fluktuatif. Sementara itu, kenaikan pada kategori HBA I, II, dan III menunjukkan adanya permintaan stabil untuk jenis batu bara dengan kualitas menengah dan rendah.

Pemerintah diharapkan terus memantau pergerakan harga dan menyesuaikan kebijakan agar sektor batu bara tetap mampu memberikan kontribusi optimal terhadap perekonomian nasional, sembari mendukung agenda transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB